Mencocokan Arah Kiblat | Yaum Rashdil Qiblah

Arah Kiblat. Dalam ilmu falak (astronomi), hari ini dikenal dengan yaum rashdil qiblah (hari untuk mencocokkan arah kiblat), karena matahari tepat berada di atas Kakbah. Umat Islam di seluruh Indonesia diimbau untuk menera mengukur ulang arah kiblat, Jumat (16/7) hari ini, pukul 17.27 wita.

Berdasarkan data hisab Majelis Ulama Indonesia (MUI), Muhammadiyah, dan Nadhlatul Ulama (NU), yaum rashdil qiblah terjadi hari ini. MUI mengimbau kepada umat Islam dan para pengurus masjid di seluruh Indonesia untuk mencocokkan keakuratan arah ibadah salat.


"Daerah mana pun yang mampu menerima sinar matahari pada jam itu (pukul 17.27 wita), kita bisa menera arah kiblat. Arah lawan bayangan itulah arah kiblat berada, karena jam itu posisi matahari tepat berada di atas Kakbah," kata Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Asrorun Niam di Jakarta, Kamis (15/7).

Posisi matahari pada jam itu atau pukul 12.27 waktu Arab Saudi, tepat berada di atas Kakbah berlaku di seluruh dunia. Jika pada bagian Indonesia tengah dan timur pada waktu itu masih bisa menerima sinar matahari, maka masjid-masjid di daerah itu bisa melakukan tera ulang dengan toleransi kurang lebih lima menit.

"Tepatnya 16 Juli dengan waktu toleransi H-2 sampai H+2 juga masih akurat. Toleransi waktu plus minus lima menit masih akurat," imbuhnya.

"Secara otomatis konsekuensi tentang kiblat kita minta kepada masyarakat Muslim pengurus masjid menera ulang melalukan ijtihad sederhana menentukan arah kiblat," katanya.

Data terjadinya rashdil qiblat ini, juga diaminkan oleh Lajnah Falakiyah Pengurus Besar (PB) NU. Peristiwa ini akan membantu umat Islam dalam meluruskan arah kiblat dengan cara yang sederhana karena pada momen itu matahari benar-benar berada di atas Kakbah sehingga segala sesuatu yang berdiri tegak bayangannya menuju kiblat. Karenanya, PBNU juga mengimbau umat Islam agar meluruskan arah kiblatnya.

"Harap kaum muslimin dapat memanfaatkan peristiwa ini untuk mengukur arah kiblat di rumah masing-masing, musala, dan masjid setempat," kata Ketua Lajnah Falakiyah PBNU, KH Ghazalie Masroeri, di Jakarta, kemarin.

Ghazali menambahkan, jika dalam pengukuran ditemukan ada musala dan masjid yang belum lurus arah kiblatnya, tidak perlu memunculkan opsi membongkarnya. "Perlu kami sampaikan berulang kali, apabila belum lurus, jangan dibongkar bangunannya tapi diluruskan safnya saja," katanya.

Pada momen rashdil qiblah ini, Lajnah Falakiyah PBNU juga mengimbau jajaran lajnah falakiyah di seluruh indonesia untuk mempelopori Gerakan Peduli Rashdil Qiblah (GPRQ) kedua untuk melanjutkn sukses GPRQ pertama 28 Mei lalu.

Perbedaan waktu rashdil qiblah antara Jakarta dan daerah lainnya di Indonesia tidak terlampau jauh, berbeda dengan waktu salat. "Paling-paling berbeda 1 sampai 2 menit saja. Silakan dilihat di kalender setempat atau menghubungi ahli falak setempat," kata Ghazali.

Mengingat waktu rashdil qiblah ini sangat singkat, sekitar 1 menit saja, Lajnah Falakiyah mengimbau pihak-pihak yang ingin mengoreksi arah kiblat untuk mempersiapkan lebih awal, misalnya dengan memasang benda tegak lurus disamping masjid yang memungkinkan terkena sinar matahari pada waktu terjadinya rashdil qiblah atau lihat grafis di halaman 1. (tribun.com)